Timnas U-19 yang sedang berlaga di ajang Piala AFF U-19 mendapat sorotan
yang cukup besar dari publik. Siaran langsung setiap pertandingan
memudahkan segenap pecinta sepak bola di tanah air untuk menyaksikan
Garuda Muda berlaga. Stadion Gelora Delta Sidoarjo pun nampak dipenuhi
oleh suporter Merah Putih.
Obrolan hangat di jejaring sosial
semakin menegaskan bahwa publik memang benar-benar memperhatikan timnas
U-19 ini. Ini tim yang diharapkan mampu memberikan gelar juara Piala AFF
yang belum pernah diraih seniornya. Lebih jauh, harapan publik begitu
besar untuk tim ini lantaran inilah kerangka tim senior masa depan
Indonesia. Rata-rata pemainnya masih berusia 17-18 tahun.
Namun,
pertanyaan menarik kemudian muncul, apa yang membuat tim ini berbeda
jika dibandingkan dengan tim senior, U-23, maupun timnas kelompok umur
lainnya.
Sebenarnya tidak banyak yang berbeda antara timnas U-19
ini dengan timnas senior maupun kelompok umur. Dilihat dari segi
permainan, timnas ini masih mengkombinasikan umpan pendek dengan umpan
panjang. Sektor sayap masih menjadi andalan untuk merusak pertahanan
lawan.
Sejak era Antun Tony Pogacnik, serangan melalui sayap kanan dan kiri yang mengandalkan kecepatan sprint
pendek masih menjadi idola. Banyak yang bilang, di sinilah letak
kekuatan sepak bola Indonesia. Jadi, secara umum jelas tim asuhan Indra
Sjafri ini tidak punya gaya bermain yang benar-benar berbeda dengan
timnas lainnya. Lantas, apa yang membuatnya spesial?
EVAN DIMAS PEMBEDA
Sederhana
saja, tim ini memiliki Evan Dimas dan punya kemampuan memberi umpan
yang baik. Terlebih pada umpan-umpan pendeknya. Di Indonesia, bisa
memberikan umpan dengan benar dan sampai ke rekan sudah bisa dibilang
prestasi karena selama ini kita punya kendala dalam memberikan umpan.
Lantaran tidak bisa menghasilkan umpan pendek yang baik, akhirnya
dipilihlah umpan panjang dari belakang langsung ke depan yang sering
dengan mudah dipatahkan lawan.
Indra Sjafri pantas bersyukur
dirinya memiliki seorang Evan Dimas. Dan nampaknya Evan Dimas juga telah
menjadi pemain kesayangan Indra Sjafri. Evan Dimas merupakan kapten
Garuda Muda yang menjuarai HKFA International Youth Invitation
Tournament di Hongkong 2012 lalu. Tim itu juga diarsiteki oleh Indra
Sjafri.
Evan menjadi jawaban dari miskinnya pemain bertipe playmaker yang dihasilkan oleh Indonesia. Mampu menjadi jenderal lapangan tengah yang mampu mengatur serangan dengan sangat baik.
Dia
mengatur serangan dari bawah. Jika ada kesempatan dia bisa pula menjadi
penyelesai akhir yang menawan. Sejauh ini Evan Dimas sudah mencetak
lima gol. Terbanyak di antara rekan setimnya dan hanya kalah dari
penyerang Vietnam, Nguyen Van Toan dalam perburuan gelar pencetak gol
terbanyak turnamen.
Kekuatan pemuda bernama lengkap Evan Dimas
Darmono ini terletak pada akurasi umpan dan visi bermain. Dia tipe
pemain yang cerdas. Bisa mengatur serangan sekaligus mencari celah di
pertahanan lawan untuk memperoleh peluang mencetak gol.
Pertandingan melawan Brunei Darussalam, Evan Dimas memang tidak mencetak gol. Tetapi menurut data dari @labbola, dia menghasilkan dua assists dan akurasi umpannya mencapai 91%, 87 umpannya tepat sasaran dari 95 kali percobaan umpan.
Sebagai
kapten tim, Evan Dimas memimpin rekan-rekannya dengan sangat baik
melalui kerja keras dan karakternya yang tenang. Dia seakan memberi
contoh nyata bagi teman setimnya bagaimana bermain sepak bola yang baik
dan benar. Walaupun masih berusia 18 tahun, Evan Dimas mampu mengontrol
emosinya dengan baik dan menenangkan rekan setimnya jika ada insiden di
lapangan. Sikapnya ini mengingatkan pada kepemimpinan Bambang Pamungkas
semasa masih menjadi kapten tim nasional.
KONDISI SETIAP LINI
Tentunya peran penting Evan
Dimas ini tidak menghilangkan peran dari pemain lain. Ada banyak pemain
muda berbakat di tim ini. Evan Dimas mungkin yang terbaik di lini
tengah tetapi peran Hargianto tidak bisa disepelekan. Hargianto mampu
menyeimbangkan permainan tim. Dirinya punya akurasi umpan yang bagus.
Hargianto
dalam pertandingan melawan Brunei Darussalam melepaskan 77 umpan
berhasil dan 16 gagal dengan akurasi mencapai 82% (data @labbola).
Dia juga menjadi pemain yang mampu melakukan tekel sukses terbanyak
dengan 9 tekel sukses dari 13 kali percobaan tekel. Saat Indonesia
mengalahkan Thailand, Hargianto meraih predikat best intercept, yang dalam catatan @labbola
melakukan enam kali memotong bola lawan. Torehan yang menunjukkan
dirinya layak menjadi tumpuan untuk menghalau serangan lawan sebelum
mencapai pertahanan Indonesia. Lini belakang juga cukup bagus.
Muhammad Sahrul Kurniawan dan Hansamu Yama bermain bagus di jantung
pertahanan. Sementara Fatchu Rochman dan Putu Gede yang berada di sisi
sayap rajin membantu serangan. Sejauh ini timnas sudah kebobolan empat
gol dari empat pertandingan.
Untuk lini depan, sebelas gol dalam
empat pertandingan merupakan hasil yang cukup baik. Tidak ada penyerang
yang menonjol dengan menjadi pencetak gol terbanyak, tetapi justru
kekuatannya ada di sini. Setiap penyerang memiliki kemampuan yang sama
baiknya untuk mengancam gawang lawan. Ilham Udin Armaiyn,
Muchlis Hadi, Dinan Yahdian hingga Maldini telah menunjukkan kelasnya
untuk bisa mengobrak abrik pertahanan lawan. Pilihan di lini depan cukup
bervariasi sehingga memudahkan Indra Sjafri meracik strategi.
Namun,
tetap saja ada kekurangan. Penyelesaian akhir dituding masih menjadi
pekerjaan rumah bagi tim dan ini diakui oleh Indra Sjafri. “Timnas belum
seratus persen dari permainan terbaiknya. Karena sebenarnya ada enam
hingga tujuh peluang yang harusnya bisa jadi gol. Tapi ini sesuatu yang
wajar karena pemain baru tampil perdana,” ujar Indra Sjafrie selepas
membantai Brunei Darussalam 5-0.
KETAHANAN FISIK
Untuk
keseluruhan kondisi tim, yang menjadi kekurangan masih sama dengan
timnas seniornya, yakni ketahanan fisik dan mental bertanding. Entah
mengapa memasuki pertengahan babak kedua fisik pemain sudah menurun.
Hanya satu dua pemain yang masih berada dalam kondisi fisik baik.
Dekatnya
jadwal antara satu pertandingan ke pertandingan lainnya yang mepet juga
bisa dituding sebagai penyebab. Oleh karenanya Indra Sjafri harus
pandai-pandai melakukan rotasi.
Jika masih terus bergantung pada
Evan Dimas yang selalu bermain di empat laga awal, tentu fisiknya akan
terkuras di pertandingan semi final. Terlalu riskan jika tidak dilakukan
rotasi. Sejauh ini di beberapa posisi Indra Sjafri melakukan rotasi dan
sebaiknya ini juga dilakukan di setiap posisi. Tujuannya jelas untuk
memberi istirahat yang cukup ditengah jadwal yang sangat padat. Timnas
harus bermain setiap selang dua hari.
Ke depannya, pemain-pemain
yang berpotensi menjadi pemain harapan Indonesia di masa depan ini
perlu meningkatkan standar fisiknya. Juga mental bertanding, jadi ketika
dalam posisi tertinggal tidak terlalu mudah frustasi, seperti ketika
dikalahkan Vietnam 1-2 saat pemain nampak kehilangan akal menembus
pertahanan Vietnam dan sering terburu-buru dalam memanfaatkan peluang.
Semoga timnas U-19 bisa meraih Piala AFF U-19 sebagai pengobat kerinduan
di tengah keringnya prestasi sepak bola nasional.
@SUMBER - http://id.olahraga.yahoo.com/blogs/arena/keistimewaan-timnas-u-19-193132629.html
@DITULIS oleh :
Sirajudin Hasbi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
DEMI KELANGSUNGAN BLOG INI KOMENTLAH DENGAN BENAR DAN SOPAN